Konsep Dongkari dalam Perspektif Seniman Tembang Tembang Sunda Cianjuran

Main Article Content

Denis Setiaji

Abstract

Abstract:


The following research explained how dongkari is a concept by artists, singers or “penembang”, and practitioners of Tembang Sunda Cianjuran. This research also used phenomenology as an approach, fieldwork activity, and depth interview with “penembang” who exist around Bandung, West Java. Through this paper, the author described dongkari as a musical language interpreted by knowledge and empirical practices in the context of the social living of penembang. Eventually, dongkari, as the aesthetic based construction, was interpreted as a complex concept, containing Sundanese world life context, as a based material style of vocal, then should be operating to indicate the virtuosity of penembang.


 


Abstrak:


Penelitian ini difokuskan untuk melihat bagaimana pemahaman konsep dongkari dalam perspektif seniman Tembang Sunda Cianjuran. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode fenomenologi dengan melakukan studi lapangan ke sejumlah praktisi Tembang Sunda Cianjuran di wilayah Bandung, Jawa Barat. Penulis mencoba melakukan pemaparan pengetahuan dan pemaknaan praktisi terhadap dongkari dalam konteks kehidupan masyarakat Tembang Sunda Cianjuran. Pada akhirnya dongkari dipahami sebagai konsep yang cukup kompleks, memuat konteks kehidupan masyarakat Sunda, sebagai material konstruksi estetik vokal, sebagai pembentuk gaya personal, hingga sebagai indikator virtuositas para praktisi Tembang Sunda.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Setiaji, D. (2022). Konsep Dongkari dalam Perspektif Seniman Tembang Tembang Sunda Cianjuran. Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik Dan Pendidikan Musik, 2(1), 1–18. https://doi.org/10.30872/mebang.v2i1.19
Section
Articles

References

Bagus, L. (2005). Kamus Filsafat, cet ke-4. Jakarta: Gramedia.

Bertens, K. (1981). Filsafat Barat dalam Abad XX. Gramedia.

Brouwer, M. A. W. (1983). Psikologi fenomenologis. Gramedia.

Delfgaauw, B. (2001). Filsafat Abad 20, terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Edgar, A., & Sedgwick, P. (2005). Key Concepts in Cultural Theory. Routledge.

Hardiman, F. B., & Sitorus, F. K. (2009). Menuju Masyarakat Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik, & Postmodernisme Menurut Jürgen Habermas. Kanisius.

Littlejohn, S. W. (2002). Theories of Human Communication, Seven Edition. New Mexico.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2005). Theories of Human Communication eight edition. Thomson Learning Inc. Wadsworth, Belmont, USA.

Moustakas, C. (1994). Phenomenological Research Methods. Sage publications.

Natapraja, I. (2003). Sekar Gending. Bandung: PT. Karya Cipta Lestari.

Sadie, S., & Tyrrell, J. (2001). Dictionary of Music and Musicians. New York: Oxford University Press. Yónatan Sánchez.

Saleh, M. (1986). Sejarah Perkembangan Pencak Silat. Bandung: Proyek Perkembangan Institut Kesenian Indonesia.

Sobur, A. (2013). Filsafat Komunikasi: Tradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Spiller, H. (2004). Gamelan: The Traditional Sounds of Indonesia (Vol. 1). Abc-clio.

Sukanda, E. (1983). Tembang Sunda Cianjuran Sekitar Pembentukan dan Perkembangannya. Bandung, Institut Kesenian Indonesia Sub Proyek Akademi Seni Tari Indonesia Bandung.

Suwondo, B. (1979). Sejarah Daerah Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wade, B. C. (2004). Thinking musically: Experiencing Music, Expressing Culture. Oxford University Press New York.

Watt, J. H., & den Berg, S. A. (1995). Research Methods for Communication Science. Allyn & Bacon.

Wiradiredja, Y. (2005). Makna Ngaos, Mamaos dan Maenpo Bagi Kehidupan Masyarakat Cianjur. Panggung Jurnal Seni STSI Bandung, 34, 18–31.