Peran Sanggar Seni Apo Lagaan terhadap Kontinuitas Sape’ Karaang Dayak Bahau di Kota Samarinda Kalimantan Timur
Main Article Content
Abstract
Abstract: The art studio Apo Lagaan first appeared in Samarinda in 2007 and is still going on today. The Apo Lagaan art studio is an art studio that focuses on the traditional arts of the Bahau Dayak, especially the music of sape' karaang. This study aims to reveal the form of the Apo Lagaan Art Studio's role, the form of presentation of sape' karaang, and the meaning contained in the game. This study uses a qualitative method. The observation technique used includes the object of research and the determination of informants. The data collection techniques of this research include literature study, interviews, and documentation. The research data analysis technique is carried out by utilizing the data that has been found in the field. The results showed that the Apo Lagaan Art Studio had a role in the continuity of the sape' karaang in Samarinda City. The role of the Apo Lagaan Art Studio on the continuity of the sape' karaang in Samarinda City is carried out through studio activities related to activities, training, and performances of traditional Dayak Bahau music and dance. In addition, the Apo Lagaan art studio has also expanded its partnerships to several government agencies and schools to provide education to the general public about the importance of cultural preservation, especially by the younger generation.
Abstrak:
Sanggar seni Apo Lagaan pertama kali muncul di Samarinda pada tahun 2007 dan masih bertahan hingga saat ini. Sanggar seni Apo Lagaan merupakan sanggar seni yang berfokus pada bidang kesenian tradisi Dayak Bahau khususnya musik sape’ karaang. Penelitian ini bertujuan mengungkap bentuk peran Sanggar Seni Apo Lagaan dan bentuk penyajian sape’ karaang serta makna yang terkandung dalam permainannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik observasi yang digunakan meliputi objek penelitian dan penentuan informan. Teknik pengumpulan data penelitian ini antara lain studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data penelitian dilakukan dengan memanfaatkan data-data yang telah ditemukan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanggar seni Apo Lagaan memiliki peranan terhadap kontinuitas sape’ karaang di Kota Samarinda. Peranan Sanggar Seni Apo Lagaan terhadap kontinuitas sape’ karaang di Kota Samarinda dilakukan melalui aktivitas sanggar yang terkait dengan kegiatan, pelatihan, dan pementasan musik dan tari tradisi Dayak Bahau. Di samping itu, sanggar seni Apo Lagaan juga memperluas kemitraannya ke beberapa instansi pemerintah dan sekolah-sekolah guna untuk memberikan edukasi kepada masyarakat awam akan pentingnya pelestarian budaya terutama oleh generasi muda.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Alfons, C. R. (2020). Totemisme di Era Modernisasi : Realitas Masyarakat Adat Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon. 3(2), 89–100.
Dewan Adat Dayak Wilayah Mahakam Ulu. (2019). Kitab Hukum Suku Dayak Mahakam Ulu. Kota Tua Malang.
Fajriansyah, A. A., Vivian, Y. I., & Pratama, Z. W. (2021). Fungsi Daak Maraa’ dalam Upacara Hudo’ Kawit pada Masyarakat Suku Dayak Bahau di Kota Samarinda. Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik, 1(1), 14–24. https://doi.org/10.30872/mebang.v1i1.2
Gunawan, A. (2020). Makna Simbolik Musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq dalam Upacara Hudoq Bahau di Samarinda Kalimantan Timur. Resital, 21(2), 113–126. https://doi.org/https://doi.org/10.24821/resital.v21i2.4462
Hamdani, M. (2020). Khazanah Seni Tradisi Kalimantan Timur. Samarinda: Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Timur.
Handayani, N. M., & Setiawati, F. (2015). Suku Dayak Bahau. 1–25.
Huvat, Y. J. (2014). Teknik Permainan Mmusik Sapeq Dalam Budaya Masyarakat Suku Dayak Bahau. Jurnal Musik, 16.
Katuuk, O. M., Mewengkang, N., & Kalesaran, E. R. (2016). Peran Komunikasi Organisasi Dalam Meningkatkan Eksistensi Sanggar Seni Vox Angelica. V(5), 1–10.
Lie, F. O., Purwanti, S., & Boer, K. M. (2020). Makna Simbol Ritual Kematian Pada Suku Dayak Bahau Busang Di Kabupaten Mahakam Ulu. EJurnal Ilmu Komunikasi, 8(4), 26–36.
Moleong, L. J. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Reamaja Rosdakarya.
Munir, M. (2016). Sistem Kekerabatan dalam Kebudayaan Minangkabau: Perspektif Aliran Filsafat Strukturalisme Jean Claude Levi-Strauss. Jurnal Filsafat, 25(1), 1. https://doi.org/10.22146/jf.12612
Pratama, Z. W., Setyoko, A., & Arozaq, F. Y. (2021). Ornamentasi Vokal pada Tarsul Kutai Kartanegara. Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik, 1(1), 25–34. https://doi.org/10.30872/mebang.v1i1.3
Rohmaniah, S. (2014). Art Barong Role in Improving Participation in Pelem Village District Blora. SOSIALITAS: Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant, 4(1).
Sari, Y. L. (2013). Fungsi Dan Bentuk Penyajian Musik Thillung di Dagaran Jurug Sewon Bantul. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 1–7. https://eprints.uny.ac.id/19634/1/Yenni Lukita Sari 08208241020.pdf
Suganda, D. (2002). Manajemen Seni Pertunjukan. Bandung: PUSLITMAS STSI.
Yulinanda, D. B., Vivian, Y. I., & Setyoko, A. (2021). Gagrak Blitaran: Proses Belajar Kebudayaan di Paguyuban Turonggo Budoyo Mugirejo. Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik, 1(1), 1–13. https://doi.org/10.30872/mebang.v1i1.1